
PRINSIP PEMBELAJARAN DALAM OUTBOUND
Sebagai sebuah kegiatan pembelajaran, otbon tidak dilaksanakan asal nyemplung saja. Ada hal-hal yang harus diperhatikan… misalnya prinsip. Prinsip ini penting. Sebab… sesuatu yang tidak berpegang pada prinsip.. ngawur…… nggak jelas arahnya. Mencla mencle, kata orang. Itulah sebabnya maka perlu kita tahu apa saja prinsip utama dalam otbon.
Belajar… itu sifat asli manusia. Manusia lahir memang sudah punya bawaan naluriah tertentu dalam dirinya, mirip system bios di computer, yang sebelum diinstall dengan aplikasi …sudah punya system bawaaan sendiri. Adapun kemudian perkembangannya seperti apa.. tergantung pada apa yang dia lihat dengar dan rasakan. Yang masuk dalam benaknya itulah kemudian yang terinstall dan menjadi pengarah dalam perkembangan sikap dan tindakannya. Kok jadi serius ya? Hehehe…kalem aja ya…
Dalam khasanah psikologi, bagaimana manusia belajar bertahan hidup dan berkembang dengan situasi yang dihadapinya ini… dikenal dengan sebutan Experiential Learning Theory (ELT). Teori ini disampaikan oleh David A. Kolb pada tahun 1984. Landasan ELT diletakkan pada tiga model pembelajaran yang dicetuskan oleh Kurt Lewin, John Dewey, dan Jean Piaget.
Ketiga model pembelajaran tersebut menggambarkan bahwa proses belajar dimulai dengan pengalaman langsung yang konkrit dengan subjek belajarnya. Atas pengalamannya, setelah melakukan pengamatan dan evaluasi, manusia mengembangkan kerangka berpikir tertentu mengenai apa yang dipelajarinya yang disebut subjek belajar.
Kemudian, kerangka berpikir tersebut digunakan sebagai landasan untuk memperbaiki atau mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan yang dipelajarinya agar dapat diaplikasikan dengan lebih baik. Misalnya, ketika sedang belajar kepemimpinan, seseorang perlu mengalami secara langsung pengalaman menjadi seorang pemimpin di sebuah tim.
Dari pengalaman memimpin anggota tim, setiap orang mengamati dan mengevaluasi gaya dan kinerja kepemimpinan masing-masing. Selanjutnya dari hsil pengamatan dan evaluasi tersebut muncul kesimpulan-kesimpulan (kerangka berpikir) mengenai kemampuan dan keterampilan yang harus dimiliki pemimpin tim. Misalnya kemampuan komunikasi, mengelola situasi, komitmen, kejujuran, dan seterusnya.
Simpulan-simpulan tersebut kemudian diterapkan kembali (ujicoba) dalam tim untuk dinilai bagaimana operasionalnya. Jika dipandang baik dan memuaskan akan diterapkan pada bidang lain.. lalu dievaluasi lagi.. dikonfirmasi lagi.. dan diterapkan lagi.. dan seterusnya berulang hingga mencapai suatu pola yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
Dari hasil kajiannya pada tiga model pembelajaran di atas, Kolb (1984) menyebutkan bahwa bentuk-bentuk pendidikan (education) dan/atau pelatihan (training) yang menggunakan Experiential Learning Theory sebagai metode belajarnya, akan memenuhi enam prinsip sebagai berikut:
1. Learning is Best Conceived as a Process, Not in Terms of Outcomes
Pembelajaran adalah proses, bukan hasil. Saat pembelajaran terjebak pada hasil belajar dan cenderung menilai kinerja seseorang hanya berdasarkan angka-angka matematis, pembelajaran sedang mengabaikan kemungkinan bahwa orang tersebut mengalami perbaikan atau perkembangan diri melalui pembelajaran yang dia lakukan. Pembelajaran kehilangan esensi dari proses belajar, yaitu pembelajaran yang berkesinambungan dan berlangsung terus-menerus
2. Learning is a Continous Process Grounded in Experience
Dalam menangkap pengalaman belajarnya , ada dua hal yang seseorang lakukan, yaitu mengumpulkan berbagai pengetahuan terkait subjek belajarnya (tahap grasping), dan mengembangkan berbagai pengetahuan baru yang lebih tepat-guna (tahap transforming).
3. The Process of Learning Requires The Resolution of Conflicts between Dialectically Opposed Modes of Adaptation to The World
Dalam proses belajar diperlukan kemampuan adaptasi terhadap perbedaan cara belajar pada setiap tahap belajar…. yakni antara concrete experience dan abstract conceptualization (pada tahap grasping), serta antara reflective observation dan active experimentation (pada tahap transforming). Kemampuan adaptasi tersebut dapat diperoleh melalui integrated learning, yaitu belajar menggunakan keempat cara belajar di atas—touches all the bases (experiencing, reflecting, thinking dan acting), agar menjadi terbiasa untuk mengenali cara-cara belajar mana yang sesuai dengan kebutuhan belajar serta situasi dan kondisi belajar tertentu.
4. Learning is a Holistic Process of Adaptation to The World
Setiap masalah memiliki kompleksitas (kesederhanaan dan kerumitan) masing-masing. Mustahil jika seseorang menggunakan cara-cara yang sama dalam menanggapi dan menghadapi persoalan yang berdeda. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dikembangkan berbagai macam strategi melalui ratusan bahkan ribuan pengalaman dalam banyak keadaan. Inilah yang disebut sebagai proses adaptasi yang menyeluruh (holistic process of adaptation), dimana strategi-strategi itu perlu diujicoba efektivitas dan efisiensinya dalam menyelesaikan setiap masalah.
5. Learning Involves Transactions between The Person and The Environment
Hubungan antara person dan environment-nya bersifat transaksional, dimana situasi dan kondisi masing-masing saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam bentuk lain, hubungan transaksional ini juga berlangsung antara pengalaman belajar yang objektif (concrete experience dan active experimentation) dan pengalaman belajar yang subjektif (abstract conceptualization dan reflective observation). Menjadi penting untuk memahami setiap situasi dan kondisi, baik berkenaan dengan person-environment maupun hubungan antara pengalaman subjektif dan objektif.
6. Learning is The Process of Creating Knowledge
Pembelajaran bertujuan umenciptakan pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Pengetahuan tersebut dapat mempengaruhi dan kapabilitas seseorang sehingga menjadi lebih berkompeten. Dengan pengetahuannnya seseorang dapat mengembangkan pengetahuan atau kecakapan baru sesuai kreativitasnya.
Dengan memahami ELT, otbon bukan sekedar main game fisik yang sifatnya ha ha hi hi belaka… atau cara bercengkrama supaya keluar dari kerutinan kerja. Otbon menjadi proses belajar lewat pengalaman melalui permainan dan tantangan yang diberikan fasilitator.
Norman Ahmadi….. trainer dan outbounder (Borneo Development Centre)
#outbound #otbon #outbondsampit #outboundceria #outboundkalteng #outboundkalimantan #outboundbandung #outboundmalang #outboundsurabaya #outboundsemarang #leadership #sejarahoutbound #training #komunikasi #publicspeaking #outboundjakarta #outboundtraining #gathering #kalimantan #dayak #banjar #adventuretaining #experientialtraining #sekolahalam #petualang