
Outbound Sampit, Kalteng
Masih banyak kerancuan di masyarakat kita, bahkan di kalangan oganisasi, baik organisasi bisnis (perusahaan) maupun organisasi publik (instansi, lembaga pendidikan) yang menganggap bahwa kegiatan outbound hanyalah kegiatan bermain games. Meski pemahaman seperti ini tidak sepenuhnya salah, sebab dalam kenyataannya dalam outbound memang selalu ada games. Namun dalam beberapa pemahaman baru perlu ditambahkan dengan pemahaman baru yang lebih lengkap.
Outbound, atau dalam bahasa Indonesianya adalah mancakrida, merupakan kegiatan pembelajaran luar ruang dengan menggunakan games sebagai media simulasi keadaan nyata keseharian peserta. Ini selaras dengan sejarah outbound. Outbound yang aslinya disebut outward bound, dimulai pada tahun 1941, Ketika itu, seorang ahli pendidikan berkebangsaan Jerman bernama Kurt Hann yang mendapat tawaran pekerjaan dari Lawrence Holt, seorang pengusaha kapal niaga yang mendapati kinerja antarawak kapalnya rendah sekali, terutama soal kerja sama antar tim.
Kurt Hann mengatasi persoalan tadi dengan mengembangkan sebuah training management di alam terbuka untuk belajar mematangkan diri dan mengenal lebih dalam tentang potensi diri mereka masing-masing melalui sekolah outward bound. Selanjutnya, dengan bantuan Lawrence Holt mereka mendirikan sekolah Outward Bound di Aberdovey, Wales pada tahun 1941 yang bertujuan untuk melatih fisik mental terutama para pelaut muda.
Kegiatan outbound pada awalnya ini dipakai untuk kegiatan mendaki gunung dan petualangan di laut sebagai media pelatihannya. Kegiatan berpetualang bukan merupakan kegiatan main-main melainkan sebagai wahana berlatih menuju kedewasaan. Dari sejarah inilah kegiatan tersebut diadaptasi dan dikembangkan dengan beragam kondisi, sehingga muncullah kegiatan outbound yang kita kenal sekatang.
Selanjutnya, merujuk pada Dr. Simon Priest. Belian mengkategorikan program Experintial Based Training Development menjadi empat tipe, yaitu : Recreational, Educational, Development, dan Redirectional. Selanjunya, berdasarkan pendapat ini maka kegiatan outbound pun dikategorikan dalam empat tipe atau jenis program. Yakni outbound untuk rekreasi, outbound untuk pendidikan, outbound untuk pengembangan diri, dan outbound untuk perbaikan karakter.
Pada program recreational atau rekreasi, tujuan kegiatan adalah perubahan feel (perasaan) dari peserta. Program ini digunakan pada kondisi dimana karyawan perusahaan mengalami kejenuhan kerja karena rutinitas dan sebagainya. Dengan melakukan aktifitas fun, bersenang-senang, lebih pada kegiatan refresh. Dalam program ini biasanya untuk jumlah peserta bisa sampai ratusan orang, dilakukan dalam waktu kurang dari satu hari. Contoh program ini adalah gathering outbound atau fun outbound.
Pada program Outbound Pendidikan atau educational, perubahan yang diharapkan pada peserta cara berfikir (thinking) dan mengatur emosi (perasaan atau feeling) dari peserta. Penekanan aktivitas pada program ini adalah pembelajaran dan refleksi. Pada program ini diselipkan proses diskusi interaktif serta merefleksi hasil kegiatan. Jumlah peserta hanya puluhan orang dengan waktu pelatihan dua hari atau lebih. Contoh kegiatan ini adalah team building outbound, memperkenalkan budaya perusahaan kepada karyawan, Latihan Dasar Kepemimpinan, dan membentuk tim pemasaran.
Pada program outbound pengembangan diri atau Development, ada penambahan materi yang diberikan yaitu perubahan perilaku atau behavior peserta. Jadi lebih dari thinking dan feeling saja. Para peserta disajikan tantangan, simulasi, games, dan problem solving. Peserta dilibatkan dalam aktivitas yang menitikberatkan pada transfer pembelajaran. Tujuannya, agar setiap peserta dapat saling berbagi pengalaman, pemahaman dan penghayatan kepada peserta lain; yang kemudian, sehingga muncul kesadaran yangmendorong terjadinya perubahan sikap. Jumlah peserta dalam program ini lebih sedikit dan waktunya bisa tiga sampai lima hari. Contoh program ini adalah capacity building, leadership tingkat lanjut, dan sebagainya.
Pada program perbaikan karakter atau redirectiondirancang untuk memunculkan perubahan pada perilaku-perilaku yang dianggap memiliki sisi negatif, menghasilkan efek therapeutic. Sehingga program outboundnya disusun untuk mendorong keterlibatan setiap peserta di dalam kegiatan yang menitikberatkan pada supported transfer. Tujuannya, agar peserta menyadari sisi negatif dalam dirinya yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan organisasi dan peserta dapat memperbaiki dirinya. Peserta pada program outbound ini relatif sedikit hanya puluhan orang, dengan durasi kegiatan dua hari, tiga hari, atau lebih. Program ini biasanya bersifat tematik, sesuai dengan kondisi yang dihadapi organisasi.
Kesimpulannya? Outbound sejatinya adalah kegiatan pembelajaran dan bukan sekedar main games. Oleh karenanya, penekanan penting pada kegiatan outbound adalah pada programnya. Dam program outbound semestinya disusun berdasarkan training need analysis (TNA). Jadi, provider outbound sejatinya bukanlah jualan games tetapi menawarkan program. Games bisa sama, tetapi cara memainkannya berbeda. Games dapat dimainkan berulang, tetapi dengan pendekatan dan pemaknaan yang berbeda, dapat berdampak lain, sesuai programnya.
Jangan sungkan untuk menghubungi kontak kami untuk berlkoordinasi ataupun berkoordinasi tentang kegiatan outbound yang direncanakan. Apakah sifatnya rekreasi seperti fun outbound atau gathering outbound, maupun yang sifatnya lebih serius seperti educational atau training. Borneo Development Centre siap bekerja sama. Bahkan kegiatan training pun dapat dipadu dengan kegiata outbound. Sehingga lebih berkesan.