Pelatihan Kepemimpinan Sampit, Kalteng.
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”. Sehingga dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain. Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
Secara praktis, dapat dikatakan bahwa empati adalah kemampuan seseorang menempatkan diri pada posisi orang lain sehingga dapat memahami keadaan dan perasaan orang tersebut. Sehingga dapat memahami pemikiran dan tindakan seseorang ketika menghadapi situasi tertentu.

Dikaitkan dengan peran pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi, sikap empati penting agar tumbuh simpati bagi yang dipimpin dan yang memimpin. Dengan adanya simpati dalam semua unsur organisasi, maka menggerakkan organisasi dalam mencapai tujuannya menjadi lebih mudah. Adanya kebersamaan dan keterikatan dalam organisasi menjadi terwujud lebih kuat. Oleh karenanya sikap empati menjadi unsur penting dalam sebuah kepemimpinan.
Kebiasaan buruk pemimpin yang sering terjadi adalah terlalu fokus pada target atau sasaran pencapaian organisasi, sehingga tidak peduli dengan keadaan bawahan. Ketidakpedulian pada keluh kesah bawahan, atau masa bodoh dan tidak mau mendengarkan persoalan para bawahan membuat bawahan kehilangan jalur komunikasi dengan atasan, tapi akan membuat hubungan kerja menjadi tidak harmonis dan cendrung pasif.

Pemimpin yang cerdas pasti tahu bahwa membiarkan keluh kesah para bawahan sama seperti membenamkan potensi organisasi ke dalam masalah. Jika pemimpin bersikap cuek dan malas mendengarkan para bawahan, lantas bagaimana mungkin pemimpin bisa memahami semua kebutuhan organisasi dan kebutuhan para bawahan.
Pada pemimpin yang kapasitas kepemimpinannya kelas rendah, cenderung mengandalkan kepemimpinannya pada formalitas dan hirarki. Pendekatannya adalah pola atasan bawahan dengan mengandalkan jalur perintah, aturan, dan sanksi ataupun penghargaan. Seolah bawahan hanyalah bidak catur atau robot tanpa jiwa. Hubungan atasan bawahan menjadi kering dan kaku serta kehilangan sikap humanis.

Perlu dipahami bahwa bawahan adalah manusia yang punya hasrat untuk berkembang dan maju. Untuk memberikan dan menunjukkan hasil kerja terbaik. Untuk itu bawahan juga harus diperhatikan perasaannya, dilengkapi fasilitas kerjanya, dibuat nyaman, dan diperhatikan perkembangan karirnya. Anak buah atau bawahan bukan robot dengan output angka produktivitas semata, yang tidak berperasaan, tidak berkeluarga, dan tidak bermasalah.
Saat Anda berkuasa dan menjadi pemimpin, bayangkanlah jika menekan dan menzalimi bawahan dilakukan orang lain terhadap anak Anda atau cucu Anda, suatu ketika, ketika Anda tidak berkuasa lagi. Bagaimana perasaan Anda dan anak atau cucu Anda? Atau ilustrasi yang jika Anda punya kecerdasan, bagaimana jika kezaliman Anda sebagai atasan atau penguasa yang menekan bawahan Anda, harus Anda pertanggungjawaban di akhirat kelak?

O ya, jika Anda atau organisasi Anda memerlukan pelatihan atau training karyawan, sila menghubungi kontak kami. Kontek kepemimpinan yang dapat kita bahas bersama mulai dari Kepemimpinan Situasional, Kepemimpinan Transformasional, hingga Kepemimpinan Spiritual, pada berbagai level kepemimpinan organisasi. Termasuk LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa). Baik dilaksanakan di dalam ruangan, di luar ruangan (outboubound), atau pun gabungan antara pembelajaran di kelas dan outdoor. Di Borneo Development Centre menerapkan pembelajaran asik dengan menggabungkan pendekatan active learning, NLP, dan experiential learning.