Training SDM Sampit, Kalteng
Pandemi Covid-19 entah kapan akan berakhir. Seolah memperkuat pernyataan bahwa kita sekarang berada pada era VUCA, yang ditandai oleh keadaan yang vilotality (tidak stabil alias gampang berubah), uncertainly (ketidakpastian), complexity (kompleks alias ruwet), dan ambigous (membingungkan). Apa yang terjadi begitu sulit diprediksi. Bahkan semua anggapan dan prakiraan tiba-tiba berubah dengan cepat, sebelum kita mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Keadaan ini tentu memerlukan pemahaman yang makin bergejolak dan penuh tantangan. Perubahan yang cepat menuntut tidak hanya ketangguhan dan kekuatan, namun lebih dari itu memerlukan adaptasi yang luar biasa. Sehingga kita pun, boleh jadi teringat akan teori evolusinya Charles Darwin, yang pada kesimpulannya menyebutkan bahwa yang bertahan bukanlah yang terkuat, akan tetapi yang paling adaptif terhadap perubahan. Beradaptasi dengan perubahan tampaknya merupakan kunci dalam era ini.
Beradaptasi bagi manusia bukanlah menjadi bunglon, atau merubah diri secara fisik seperti halnya teori evolusi Darwin. Beradaptasi disini maksudnya adalah bagaimana menemukan strategi yang paling dapat diandalkan dalam menghadapi tantangan di era yang serba tidak pasti ini. Tantangannya pun tidak lagi bersifat lokal, namun sudah bersifat global. Ini menyebabkan manusia harus tetap mampu tegar dengan segala situasi dan mampu menghadapi tantangan, tanpa kehilangan jatidiri dan keyakinan atau nilai-nilai yang menjadi identitas dirinya.

Pintu untuk beradaptasi itu adalah dengan belajar, mengembangkan diri, mempertajam inderawi, mengasah nalar, agar lebih mudah membaca dan memahami situasi. Setidaknya lebih dapat melihat fakta dan menalarnya secara objektif, bukan semata mengandalkan naluri. Apatah lagi emosi. Hal demikian agar cepat tanggap, tanggap tepat, dan bertindak akurat. Sehingga sumberdaya yang tersedia tidak habis percuma, tidak terhambur sia-sia, apatah lagi malah diumbar tanpa guna.
Oleh sebab itu pelatihan sumberdaya manusia menjadi sangat penting, terutama berkenaan dengan perilaku yang kita kenal sebagai keterampilan kemanusiaan alias soft skill. Adapun skill utama tersebut meliputi keterampilan komunikasi, keterampilan kepemimpinan (leadership) hingga keterampilan manajemen. Dan di Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, kesadaran akan perlunya pelatihan soft skill ini meskipun berkembang, namun sudah mulai muncul kesadaran akan hal ini. Dimana mulai banyak perusahaan maupun instansi pemerintah, termasuk komunitas dan lembaga pendidikan mulai memberikan materi tersebut kepada sumberdaya manusia di dalam organisasinya.

Sayangnya, upaya pembekalan soft skill ini banyak terkendala oleh pandemi, dimana untuk belajar soft skill harus ke luar pulau semisal ke Jakarta, Surabaya, Bandung, atau Yogyakarta. Ataupun mendatangkan fasilitator atau pemateri dari kota-kota di Pulau Jawa tersebut. Tentu saja selain cukup merepotkan dan memerlukan waktu banyak, ini juga berkenaan dengan biaya. Memberangkatkan seorang karyawan atau pegawai saja biayanya bisa puluhan juta, yang terdiri atas kontribusi training, biaya hotel dan transport, uang saku selama kegiatan, dan sebagainya.
Padahal dengan melakukan inhouse training alias pelatihan di tempat kerja, semisal di perkebunan sendiri atau di instansi yang bersangkutan dengan mendatangkan narasumber lokal, banyak manfaat lebih yang dapat diambil. Misalnya topik yang dibahas menjadi lebih relevat dan lebih tergambar jelas bagaimana aplikasinya, karena memang berada di tempatan atau di lokasi pekerjaan. Suasana pelatihan pun dapat dibuat sedemikian rupa dengan fasilitas yang disesuaikan dengan keinginan peserta atau kebutuhan instansi/perusahaan.
Sila hubungi Borneo Development Centre untuk training ataupun outbound yang aplikatif, sistematis, ilmiah, dan kekinian. Serta yang paling penting adalah sesuai dengan kebutuhan dan berdampak. Silakan menghubungi kontak kami untuk keterangan lebih rinci tentang layanan kami.
Salam tanggap dan tangguh.
