Experiential Learning (Outbond),Kalteng
Satu area penting dalam enam perubahan organisasi adalah tentang keragaman. Ini dibahas dalam bukunya Mell Silberman, Handbook Experiential Learning (2016). Sesungguhnya, disadari atau pun tidak, semakin lama sebuah organisasi semakin diisi oleh keragaman individu yang semakin besar. Baik berkenaan dengan asal atau etnis, agama, tingkat ekonomi, gender, tingkat pendidikan, latar belakang budaya, sosial ekonomi, dan sebagainya. Yang semuanya mempunyai potensi untuk membuat sebuah organisasi menjadi disharmoni.
Selain potensial menciptakan blok-blok atau kubu dalam organsasi, perbedaan ini juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan, yang pada tingkat tertentu mengakibatkan tidak solidnya organisasi, sehingga berdampak buruk bagi kinerja. Ini secara internal. Secara eksternal, dampaknya adalah pelayanan kepada customer atau pelanggan. Apalagi jika organisasi tersebut, terlibat langsung dalam pelayanan public. Lebih teknisnya adalah, bagaimana mungkin pelayanan kepada customer bisa baik, jika ada oknum atau bagian dari organisasi itu yang bersikap diskriminasi terhadap customer. Tentu akan muncul keluhan atau komplain. Setidaknya mempengaruhi image dari organisasi yang bersangkutan.

Lebih luas lagi, dalam masyarakat pun, kesadaran akan keberagaman ini perlu dipahamkan. Beragam persoalan muncul karena ketidaksdaran dan ketidakpahaman bagaimana harus mensikapi keberagaman ini. Termasuk misalnya membedakan mana yang sebenarnya kerberagaman (sering di Indonesia disebut sebagai kebhinekaan) dengan penyimpangan. Keberagaman umumnya adalah sesuatu yang alamiah atau sudah terjadi begitu lama sehingga menyatu dengan budaya tertentu. Sedangkan penyimpangan adalah sesuatu yang baru yang bertentangan dengan nilai atau norma yang sudah ada atau sudah baku.
Berbeda jenis kelamin misalnya, adalah sesuatu yang alamiah. Demikian juga berbeda suku atau etnik. Berbeda agama secara umum juga dianggap biasa, terutama di negara yang toleransinya tinggi seperti di Indonesia. Demikian juga dengan perbedaan status sosial atau ekonomi, umumnya dianggap sebagai perbedaan biasa. Munculnya sesuatu yang dianggap aneh dan melanggar norma atau ketentuan yang sudah baku akan dianggap penyimpangan. Misalnya LGBT, munculnya sempalan dalam agama yang berbeda ajarannya dengan sudah ada, atau tindakan lain yang merusak norma atau nilai masyarakat.

Experiential Learning yang outbound termasuk di dalamnya, berdasarkan pengalaman, efektif sebagai metode untuk memahamkan dan mengembangkan kesadaran akan adanya keragaman itu. Seperti yang dinyatakan O” Mara J (1994) dalam bukunya Diversity, Activities, and Learning Design, Pembelajaran eksperiential membantu pengembangan individu, tim, dan organisasi. Kerja keragaman menjadi arena terpenting dalam menerapkan pembelajaran eksperiensial.
Selamat datang di Borneo Development Centre. Informasi lebih rinci tentang pembelajaran berbasis pengalamam (experiential learning) atau outbound, sila menghubungi kontak kami. Kami siap melayani Anda yang di Sampit, Palangka Raya, atau Banjarmasin, atau Kalteng untuk melaksanakan gathering outbound dan team building. Bahkan jika Anda memerlukan kegiatannyaq di Malang, Batu, Trawas, Surabaya, Banyuwangi, Yogyakarta, Magelang, Bali, dan lokasi lainnya.
Salam santun membumi.