Training Leadership Sampit Kalteng
Leadership atau kepemimpinan menentukan 80% keberhasilan organisasi. Oleh sebab itu maju dan mundurnya suatu organisasi, baik itu organisasi bisnis seperti perusahaan, maupun organisasi publik seperti instansi pemerintah, amat bergantung kepada kepemimpinannya. Dikatakan kepemimpinan, karena menyangkut dua hal pokok. Yakni orang yang memimpin organisasi tersebut dan bagaimana proses kepemimpinan dalam organisasi tersebut berlangsung.
Sayangnya, saat ini orang banyak terfokus pada krisis ekonomi ataupun kondisi pasca pandemic, sebagau biang dari kemunduran atau stagnannya sebuah organisasi. Mereka menuding bahwa keadaan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, dan berujung pada lesunya ekonomi, alias ketersediaan anggaran atau kurang lancarnya cash flow adalah sumbu dari semua masalah. Justru disinilah inti sebenarnya. Yakni bagaimana kepemimpinan mampu membawa sebuah organisasi menghadapi masalah dan memenangkannya. Bukan yang mencari alasan untuk menutupi kekurangannya.

Maka, dalam konteks ini. Apabila ada pemimpin atau kepemimpinan selalu menyalahkan keadaan dan apalagi bila sibuk menyalahkan bawahan atas masalah yang dihadapi, dapat dipastikan bahwa kepemimpinan dalam organisasi tersebut sedang mengalami krisis kepemimpinan. Dengan kata lain, kepemimpinan dalam organisasi tersebut memerlukan pembenahan. Ada hal yang perlu diperbaiki. Baik itu berkenaan dengan promosi atau pemilihan kepemimpinannya, pendekatan komunikasi dengan bawahan yang tidak pas, atau bisa jadi ada mekanisme atau pola kerja yang menyalahi aturan, yang membuat elemen dalam organisasi menjadi tidak nyaman. Ini bisa disebabkan oleh kepatutan hirarki yang dilanggar atau malah sengaja dibenturkan.
Tentu saja hal ini akan merugikan masa depan organisasi yang bersangkutan. Komunikasi kerja di organisasi tersebut menjadi tidak harmonis. Hubungan atasan bawahan menjadi terganggu, karena yang senior harus menerima perintah dari yang yunior. Terjadinya gesekan dan kesenjangan antara satu kelompok dan kelompok lain. Yang pada ujungnya adalah terpecahnya unsur-unsur dalam organisasi menjadi kelompok-kelompok atau blok-blok yang berpihak pada sumbu kepentingan tertentu, yang saling berebut mendekat kepada kekuasaan. Kepada pihak yang paling mempunyai otoritas di organisasi tersebut.

Maka jangan heran jika organisasi kemudian menjadi arena saling sikut dan dalam bentuknya yang paling sopan dan sangat halus, adalah munculnya praktek jilat menjilat. Lebih parah bahkan, tidak dapat dibedakan lagi mana etiket dan mana sogokan dalam bentuk e-ticket. Upaya memajukan organisasi, target yang dapat dicapai menjadi terbengkalai. Sehingga tidak mustahil, penegakan aturan dan pemberantasan korupsi menjadi hal yang sulit dalam organisasi tersebut.
Budaya organisasi, sebagus apapun jargonnya, semisal berakhlak misalnya, akan menjadi suara yang semakin senyap. Apalagi jika kepemimpinan kemudian menjadi miskin keteladanan, hanya mengutamakan kedekatan dan seremonial. Maka, jika yang demikian terjadi pidato sebesar apapun untuk mencapai profit (bagi organisasi bisnis) maupun untuk mencapai benefit (bagi organisasi publik) akan semakin jauh panggang dari api.

Memahami kembali hakikat kepemimpinan, membedah hal-hal yang perlu diluruskan dalam mencapai organisasi yang bertransformasi dalam situasi yang berubah, serta membangun kekompakan kembali perlu dilakukan organisasi untuk menjadi lebih baik. Borneo Development Centre siap bekerjasama melalui training kepemimpinan yang motivational, kepemimpinan transformasi, kepemimpinan situasional, hingga kepemimpinan spiritual. Hubungi kontak kami untuk informasi layanan terbaik. Baik training secara inhouse training, di kelas, maupun outbound atau mancakrida.