Integritas

Leadership Training Sampit, Kalteng

Kepemimpinan bukanlah kedudukan melainkan tindakan.  Dan tindakan pada dasarnya menyangkut integrtas yakni keteladanan. Inilah mengapa para pemimpin besar mewariskan legacy utama bukan dalam bentuk bangunan besar atau monumen, tetapi keteladanan. Misalnya para khalifah dalam kepemimpinan Islam.  Tindakan ini tentu saja tidak asal, tetapi didasari oleh suatu prinsip, suatu kapasitas mental dan fisik yang bernama integritas. Dan tentu saja, integritas ini lebih tinggi dari apa yang disebut kepentingan, apalagi yang namanya kepentingan pribadi maupun transaksional.

Sepotong episode tentang kehidupan Khalifah Umar Bin Khattab dapat menjadi bahan penting untuk dicermati.  Dalam suatu riwayat, diceritakan pada suatu ketika, anak khalifah diolok-olok oleh teman-temannya karena pakaiannya yang  jelek, penuh tambalan di sana-sini. Kita tidak bisa membayangkan, bagaimana anak seorang pemimpin negara, pakaiannya  penuh tambalan.  Dan yang terjadi kemudian, anak khalifah mengadu kepada khalifah dan meminta untuk dibelikan baju baru.

Masalahnya, Khalifah Umar bin Khattab tidak punya uang yang cukup untuk itu. Padahal, seberapa sih harga baju yang sederhana untuk seorang anak. Namun karena kasih sayang beliau kepada anaknya, khalifah pun mencari cara untuk mendapat uang. Maka kemudian beliau menulis surat kepada penjaga baitul mal untuk meminjam uang beberapa dirham untuk membelikan anaknya baju.  Pinjaman uang tersebut akan dibayar awal bulan dari gaji beliau sebagai khalifah.

Menerima surat itu, penjaga baitul mal tentu saja membaca dan membalasnya.  Dalam balasannya, penjaga baitul mal tidak menyatakan bersedia ataupun menolak langsung permintaan pinjaman tersebut. Penjaga baitul mal hanya menulis yang maksudnya lebih kurang demikian. “Apakah ada jaminan bahwa khalifah akan hidup sampai dengan bulan depan, sehingga merasa akan dapat membayar pinjaman tersebut?”

Baca Juga  Transformational Leadership Training PT. SSP Plantation

Apa reaksi khalifah menerima balasan surat itu?  Kecewa dan marahkan beliau?  Ternyata tidak. Umar malah bersyukur sekali.  Beliau senang  mempunyai pembantu yakni penjaga baitul mal yang punya sikap yang  jelas. Punya integritas.  Disinilah beda antara loyalitas dan integritas. Kesetiaan yang sama akan tetapi berbeda prinsip.  Loyalitas adalah kesetiaan buta tanpa prinsip dan nilai kebenaran. Sedangkan integritas adalah kesetiaan diatas nilai kebenaran.

Integritas, yang kita yakini sebagai melakukan sesutu yang benar dengan cara yang benar adalah kunci kemajuan organisasi, entah organisasi publik (pemerintah) maupun organisasi bisnis (perusahaan). Integritas adalah pilar penting dan menjadi dasar alias pondasi dari sebuah kepemimpinan. Integritas bukan main perasaan suka atau suka, bukan berdasar logika transaksional, dan bukan pula berorientasi kekuasaan. Tidak sok berkuasa. Tidak angkuh. Tidak antikritik.

Hanya yang mempunyai keyakinan akan tanggungjawab akhiratlah yang punya integritas, sebagai mana sudah diteladankan oleh Khalifah Umar Bin Khattab, sahabat Rasulullah yang mulia. Yang  kelak menurunkan pemimpin yang luar biasa dan mulia juga. Yang dicatat dengan “tinta emas” dalam sejarah, yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Lalu, kenapa kita tidak meneladani Khalifah Umar bin Khattab sebagai contoh sebuah integritas kepemimpinan?

Hubungi kontak kami, BDC Training untuk pelatihan leadership atau kememimpinan sesuai kebutuhan Anda dan organisasi Anda. Di Sampit, Palangkaraya, Kalteng, Banjarmasin, Samarinda, Kalsel, Kaltim dan kota lain di Indonesia.

Author: norman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *