Pelatihan CSR Sampit, Kalteng
Integrasi Sapi-Sawit, atau secara lengkap dikenal sebagai Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) merupakan konsep menyatukan usaha perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi potong. Dalam system ini, sapi dipelihara dalam kebun kelapa sawit dengan memanfaatkan potensi pakan (makanan ternak) yang ada di dalam kebun tersebut. Potensi tersebut meliputi gulma, tanaman penutup tanah, hijauan yang sengaja di tanam di pinggir kebun, daun sawit, pelepah sawit, hingga limbah produksi minyak sawit (solid).

Dalam system integrasi sapi-sawit, dikenal ada dua metode pemeliharaan. Pertama menggunakan model penggembalaan. Dalam model ini sapi digiring ke kebun sawit dari pagi sampai sore hari. Kemudian untuk malam disediakan makanan di kandang. Dengan model pemeliharaan demikian, daya tampung kebun sawit lebih rendah, yakni hanya satu sampai dua ekor per hektar.
Kedua, menggunakan model cut and carry. Pada model ini, sapi dipelihara di dalam kandang sepanjang hari dan hanya bergerak terbatas di lingkungan kandang. Makanan dicarikan dan diletakkan dalam tempat pakan di dalam kandag. Sehingga sapi memakan pakannya sepanjang hari di dalam kandang. Dalam model pemeliharaan demikian, daya tampung kebun sawit menjadi lebih tinggi. Tergantung ketersediaan hijauan di dalam kebun tersebut.
Mengingat luasnya kebun sawit di Kalimantan Tengah, potensi ekonomi integrasi sapi sawit sangat besar. Yang jika dikelola dengan baik, akan dapat mendukung program ketahanan pangan daerah, terutama swasembada daging. Meningkatkan ekonomi masyarakat, serta dapat mengatasi ketergantungan Kalteng kepada pemasukan ternak dari luar daerah. Bahkan bukan tidak mungkin dapat menjadikan Kalteng sebagai gudang ternak nasional.

Data yang disampaikan borneonews, pada tahun 2018 saja di Kalteng beroperasi 182 unit perkebunan sawit dengan luas 1.909.185 ha. Jika sepertiganya saja dimanfaatkan dalam program integrasi sawit, maka kebun sawit di Kalteng dapat menyediakan pakan untuk sapi sebanyak 650.000 ekor lebih. Yang dengan potensi sebanyak ini tentu dapat menghasilkan produksi sapi dalam jumlah sangat besar yang setidaknya dapat mengatasi ketergantungan Kalteng pada pasokan sapi dari luar daerah.
Menurut BPS, populasi sapi di Kalimantan Tengah sebanyak 77.432 ekor yang artinya masih banyak potensi pengembangan peternakan yang belum termanfaatkan. Sementara setiap tahun, Kalimantan Tengah “harus”memasukkan sekitar 3.000 ekor sapi dari luar daerah, karena produksi sapi di daerah ini hanya mampu mencukupi antara 45 sampai 50% kebutuhah kebutuhan daging di daerah ini. Alias untuk keperluan dipotong. Sedangkan jumlah sapi yang dipotong di Kalteng tahun 2018 sebanyak 23.577 ekor, dengan jumlah pemotongan terbesar di Kotim sebanyak 3.761 ekor.
Dengan potensi dan kebutuhan yang “nyambung”ini maka pengembangan integrasi sapi-sawit di Kalimantan Tengah suda selayaknya menjadi program pembangunan daerah yang dapat dijadikan prioritas. Persoalannya kemudian adalah bagaimana menyusun konsep pelaksanaanya sehingga program ini secara realistis dapat dijalankan dan didukung oleh semua stakeholder alias pemangku kepentingan di daerah ini.
Sebagai pihak yang kommit pada pembangunan daerah, Borneo Development Centre, tentu sangat bersedia mendukung program ini. Sila hubungi kontak kami,
Salam santun membumi.

Jika Anda atau perusahaan dan instansi Anda memerlukan pelatihan berkenaan dengan CSR, pengembangan masyarakat (community development), ataupun pemberdayaan (empowering), silakan menghubungi kontak kami. Termasuk berkenaan dengan bumdes, pelatihan kewirausahaan, ataupun pembangunan perdesaan secara umum. Dengan kompetensi dan pengalaman lembaga kami, kami siap membantu. Tidak hanya di Sampit, Kotim, Kobar, Lamandau, Seruyan, Katingan, atau Palangkaraya. Tetapi juga di Sukamara, Kapuas, Pulang Pisau, Barito Utara, Barsel, Barut, Batim, Kalteng. Tetapi juga di Banjarmasin, Pelaihari, Tanah Laut, Tapin, Rantau, HSS, HST, HSU, dan Martapura, atau Banjarbaru, Kalsel. Termasuk Panajam, Tanah Bumbu, Samarinda, Balikpapan, Kaltim. Manado, Magelang, Malang, Yogyakarta, Jakarta, Palembang, dan daerah lain di Indonesia. BDC : Komunikasi, Kepemimpinan, Manajemen. NormanSyah : Inspiratif, Praktikal, Humanis.