Training Karyawan Sampit, Kalteng
Selain rekrutmen yang baik dan bagaimana leadership berjalan, faktor penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkinerja baik di instansi atau perusahaan adalah “people development” alias pengembangan karyawannya. Diantaranya adalah dengan pembelajaran atau training yang efektif. Masalahnya kemudian adalah mencari metode pembelajaran yang efektif itu melalui training atau pelatihan.
Saat ini ada beragam model dan metode pembelajaran yang tersedia, dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Masing-masing menawarkan format yang sesuai dengan persoalan dan keburutuhan perusahaan atau instansi, serta ketersediaan sumberdayaa. Hal yang perlu diperhatinan adalah agar perusahaan atau instansi tidak “maksa” untuk mengadakan sumberdaya yang tersedia, misalnya trainer atau fasilitator, untuk mengadakan pelatihan jika memang belum memiliki kapasitas yang pas.

Di instansi pemerintah, sering kali seseorang dijadikan trainer atau fasilitator hanya karena dia memiliki jabatan tertentu dan “berani ngomong”, padahal yang bersangkutan belum pernah belajar tentang metodologi pelatihan dan teknik pembelajaran. Hal ini tentu mempengaruhi hasil pembelajaran. Dalam banyak kejadian, sering judul materi dengan isi materi tidak nyambung. Atasu biisa jadi judul dan materinya nyambung, tetapi cara penyampaiannya tidak efektif.
Formula 70:20:10
Berdasarkan pengalaman dan riset di banyak perusahaan, diantaranya Google dan General Electric, diketahui bahwa penerapan konsep 70:20:10 dalam training karyawan dipandang efektif. Metode ini merupakan gabungan antara pelatihan berbasis pengalaman (experiential learning) sebanyak 70%, pembelajaran sosial atau social learning sebanyak 20%, dan pembelajaran dengan konseptual atau formal learning sebanyak 10%.
Pembelajaran berbasis pengalaman atau praktek langsung ini mencakup empat tahapan meliputi pengalaman konkrit, observasi reklektif, konseptualisasi abstrak, dan percobaan aktif (active experiment) sebagaimana yang diteorikan Kolb. Keempat tahapan ini harus dijalankan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan efektif. Yang sayangnya tidak semua orang dapat melakukannya dengan baik. Sehingga perlu pendamping baik, entah itu fasilitator, mentor, ataupun coach.

Ini akan melengkapi pembelajaran berbasis pengalaman, dengan adanya interaksi sosial. Diskusi dan dukungan lingkungan kerja maupun lingkungan sosial akan membantu penyempurnaan pelaksanaan social learning ini. Termasuk mencari contoh atau teladan dari bidang yang sedang dipelajari untuk dijadikan acuan.
Selanjutnya, agar pembelajaran berbasis pengalaman ini menjadi optimal, pemahaman akan teori melalui pelatihan formal sangat diperlukan. Ini sebabnya perlu dilakukan training secara formal dan terstruktur sebagai bentuk formal learning. Meskipun kontribusi dari formal learning ini relatif kecil, namun memberi arah kepada kepada kedua pembelajaran lainnya, sebagai dasar teori pelaksanaannya.

Jadi, jika Anda atau karyawan Anda memerlukan training, silakan menghubungi kontak kami. Sebagai lembaga training, Borneo Development Centre selalu senang dan terbuka untuk bekerjasama untuk pelatihan di kelas maupun di luar ruangan (outbound) atauopun gabungan keduanya. Ditunggu.