Mengenal dan Berkomunikasi dengan Gen Z

Pelatihan Karyawan, Sampit, Kalteng

Seperti diketahui bahwa dalam 100 tahun terakhir terjadi perguliran generasi yang cepat dan memiliki karakteristik masing-masing, mulai dari generasi tradisional yang lahir sebelum tahun 1946, generasi baby boomer yang lahir 1946  sampai dengan 1964, generasi X yang lahir 1065 sampai 1980, lalu generasi Y alias generasi milenial yang lahir dari tahun 1081 sampai 1996, Generasi Z alias gen zi keahiran 1997 sampai dengan 2012, hingga generasi Alfa yang lahir setelah tahun 3013.

Kali ini kita akan mengenal karakter dari Genzi dan bagaimana sebaiknya berkomunikasi dengan mereka, yang saya lebih suka menyebut mereka sebagai generasi nunduk, karena mencurahkan sebagian besar waktunya di gawai alias gadget.

Generasi Z juga dikenal sebagai Gen Z, iGen, atau Zoomers, mengacu pada generasi kelahiran pada 1997-2012. Beberapa ciri Gen Z, antara lain

  1. Digital Natives: Generasi Z adalah generasi pertama yang lahir dengan akses luas ke internet dan teknologi digital sejak usia muda, dan itulah mengapa mereka disebut “digital natives”. Gen Z juga disebut “screenager”, karena mereka tumbuh dengan layar, smartphone, laptop, dan tablet, dan itu adalah bagian besar dari hidup mereka.
  2. Sadar secara sosial dan politik.Banyak Gen Z dikenal karena kepedulian mereka terhadap isu-isu sosial dan politik dan sering aktif dalam upaya membawa perubahan positif. Mereka lebih progresif dan liberal dibandingkan generasi sebelumnya dan cenderung memprioritaskan isu-isu seperti perubahan iklim, kesetaraan ras dan gender, serta hak-hak LGBTQ.
  3. Beragam: Gen Z adalah generasi yang paling beragam secara etnis dan ras dalam sejarah, dan diperkirakan hampir setengah dari Gen Z diidentifikasi sebagai non-kulit putih. Keragaman ini mencerminkan perubahan demografis dan peningkatan penerimaan dan pemahaman tentang budaya dan latar belakang yang berbeda.
Baca Juga  Mengembalikan Visi Berbangsa Kita

Bagarimana berkomunikasi dengan Gen Z?

Sebagai penghuni asli dunia digital, generasi Z cenderung lebih senang jika didekati sebagai partner atau rekan kerja. Hal ini karena dalam dunianya, mereka merasa setara dengan siapa pun. Jadi jika kita adalah pimpinan yang lebih senior atau generasi diatas mereka, cobalah mendekati mereka sebagai mitra kerja atau partner. Hindari sikap sok bossy atau sok kuasa. Juga hindari main perintah tanpa menjelaskan kegunaan atau alasan mererka harus melakukan sesuatu. Apalagi sampai mengancam mereka.

Kemudian tunjukkan kemampuan kita. Bahwa sebagai senior kita memiliki kemampuan yang lebih dari mereka. Namun sekali lagi ini disampaikan bukan secara verbal tetapi dengan kenyataan yang dapat mereka terima. Mereka boleh dikatakan lebih realistis dalam menilai seseorang. Sehingga menakuti atau menggertak mereka sama sekali tidak berfaedah. Lebih baik dengarkan pendapat mereka terlebih dahulu, hargai ide mereka. Sebelum  berharap mereka mendengar dan menghargai kita.

Yang tidak kalah penting adalah menjelaskan manfaat sesuatu atau pentingnya sesuatu yang harus mereka kerjakan.  Terutama untuk kepentingan mereka sendiri dan baru keterkaitannya dengan kepentingan lain, katakanlah kepentingan perusahaan atau organisasi. Pendekatan secara dewasa dengan bahasa yang lugas dan tidak bertele-tele lebih mereka sukai. Mereka tampaknya menjadi matang lebih cepat, walaupun terkadang secara emosional masih harus dilatih untuk lebih bijaksana dan dewasa.

Nah, jika Anda atau organisasi Anda memerlukan pelatihan karyawan berkenaan dengan soft skill atau lebih khusus tentang komunikasi di tempat kerja. Silakan menghubungi Borneo Development Centre, melalui kontak kami. Kami akan senang sekali membantu dan bekerja sama dengan Anda.

 

Author: norman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *